BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Renungkanlah,,

Cari Blog Ini

Ahad, 18 Oktober 2009

"Komitmen Seorang Muslim Pada Sisi Ibadah"

Bismillah.....

27/7/2009 | 5 Shaban 1430 H | 731 views
Oleh: Abu Ahmad
Kirim Print

pr0013Sebelumnya telah dibahas bagaimana komitmen seorang muslim pada sisi aqidah yang merupakan langkah awal agar diterimanya segala amal dan perbuatan manusia; baik zahir maupun batin, kecil atau besar, sedikit atau banyak dan langsung atau tidak langsung serta hanya sebatas niat atau perbuatan yang kongkret.

Dan untuk melengkapi hidup seorang muslim, setelah mengikrarkan diri beriman kepada Allah SWT dan melaksanakan komitmennya maka komitmen kedua yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan adalah komitmen pada sisi ibadah

Ibadah di dalam Islam merupakan puncak sifat kepatuhan dan kerendahan diri dihadapan Allah sebagaimana ia juga merupakan puncak perasaan keagungan Allah sebagai Zat yang patut disembah dan diimani. Ia menjadi anak tangga pertalian di antara hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga memberi kesan yang mendalam di dalam menjalin hubungan yang erat manusia dengan sang Khalik (Allah SWT) dan juga menjalin hubungan yang harmonis dengan makhluk lainnya.

Begitu juga dengan ibadah-ibadah dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji
serta amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk mendapat keridhaan Allah SWT dan dalam mengamalkan Syariat-Nya adalah termasuk dalam pengertian ibadah.

Bertitik tolak dari pengertian inilah Islam menetapkan supaya seluruh hidup manusia dipelihara agar menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT seperti yang dinyatakan oleh Allah:

“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadah kepada-Ku. Aku tidak sekali-kali menghendaki rezki pemberian dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah, Dialah saja Yang Memberi rezki (kepada sekalian makhluk-Nya, dan Dialah saja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kokoh kekuasaan-Nya”. (Adz-Dzariyat :56-58)

Allah juga berfirman:

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:162)

Jadi apa komitmen seorang muslim yang harus dipegang teguh???

Paling tidak ada beberapa hal komitmen seorang muslim yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan ibadah, sehingga dengan ini menjadi langkah untuk menggapai ridha Allah SWT:

1- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan mempunyai hubungan dengan Allah yang disembah. Inilah apa yang dikatakan dengan tingkatan “keihsanan dalam ibadah”. Rasulullah saw sendiri pernah ditanya (oleh malaikat Jibril) tentang tingkatan”ihsan” ini, lalu baginda menjawab:

“Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya (sedikitpun) maka yakinlah bahwa Allah melihat engkau” (Muttafaqun ‘Alaih).

2- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan penuh kekhusyu’an sehingga dapat merasakan kenikmatan, kelezatan dan manisnya ibadah serta mendatangkan kekuatan ke dalam dirinya sehingga berkelanjutan mengerjakannya.

Aisyah ra pernah berkata:

“Adalah Rasulullah saw berbicara dengan kami dan kami juga berbicara dengannya tetapi bila tiba saja waktu shalat ia seolah-olah tidak mengenali kami dan kami pula tidak mengenalinya.” (Hadits diriwayatkan oleh Al-Azdi)

Kekhusyu’an inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw:

“Betapa banyak orang yang mengerjakan shalat, namun tidak diterima kecuali hanyalah rasa penat dan lelah belaka”. (An-Nasa’i)

“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh ganjaran apa-apa kecuali lapar dan dahaga”. (An-Nasa’I dan Ibn Majah dari Abu Hurairah)

3- Memastikan diri bahwa dalam beribadah, hati dan jiwanya merasakan kehadiran Allah, membuang dan melupakan kesibukan dunia dan hiruk-pikuknya.

Beribadah dalam keadaan seperti inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

“Allah SWT tidak memandang kepada shalat seseorang yang mengerjakan tanpa kehadiran hati beserta gerak badannya.” (Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Mansur Ad-Dailami dalam “Musnad Al- Firdaus” daripada Ubayy Ibn. Ka’ab dan sanadnya da’if.)

Seorang ulama berkata:

“Shalat itu adalah urusan akhirat, maka ketika masuk menunaikannya (berarti) Anda telah keluar dari dunia.”

Al-Hassan Al-Basri meriwayatkan:

“Setiap shalat yang tidak disertai kehadiran hati, maka ia adalah lebih hanya sekadar siksaan.”

4- Memastikan diri bahwa ibadah yang dilakukan dalam keadaan senantiasa ingin menambahnya, tidak merasa cukup dengan yang ritual dan wajib saja. Namun berambisi untuk menambahnya dengan amalan-amalan sunnah sebagai mengikuti seruan Allah, seperti yang termaktub dalam sebuah hadits qudsi:

“Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku (wali-Ku), maka Aku mengisyaratkan perang terhadapnya. Tidak ada satu perbuatan mendekatkan diri seorang hamba (taqarrub) kepada Aku yang lebih Aku cintai selain daripada kewajiban-kewajiban yang Aku fardhukan ke atasnya. Dan hamba-Ku akan terus beramal mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku sudah mencintainya maka Aku (menjadikan) pendengarannya yang dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengannya dia menggenggam dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia memohon sesuatu dari Aku niscaya Aku memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan Aku (dari sesuatu) niscaya Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu dari sesuatu yang Aku lakukan seperti Aku ragu (hendak mengambil) nyawa hamba-Ku yang Mukmin, di mana dia membenci maut sedang Aku tidak menyakitinya.” (Al-Bukhari)

5- Berusaha menunaikan ibadah qiyamullail (shalat malam) serta melatih diri melakukannya sehingga ia menjadi satu kebiasaan. Hal ini adalah karena qiyamullail adalah sumber kekuatan yang memantapkan iman. Sebagaimana firman Allah:

“Sebenarnya shalat dan ibadah malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa) dan lebih mantap bacaannya”. (Al-Muzammil:6)

Dan Allah SWT juga menerangkan sifat hamba-hambanya yang mukmin:

“Mereka senantiasa mengambil waktu sedikit saja: Masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun)“. (Adz-dzariat:17-18)

Allah juga berfirman:

“Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit tidur, karena mengerjakan shalat tahajjud dan amal-amal shalih); mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaan-Nya) serta dengan perasaan ingin memperoleh (keridhaan-Nya) dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka”. (As-Sajdah:16)

Di antara amalan-amalan sunnah yang dikerjakan selain qiyamulail adalah shalat Dhuha, shalat tarawih, puasa pada hari senin dan Kamis, puasa pada Hari Arafah, puasa pada Hari Asyura’, puasa enam hari dalam bulan Syawal, tiga hari di setiap pertengahan bulan hijriyah (13,14 dan 15) dan beri’ktikaf di masjid dan lain sebagainya.

6- Senantiasa meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan cara merenungi maksud dan makna-maknanya terutama pada waktu menjelang subuh karena Allah berfirman:

Dirikanlah olehmu shalat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam, dan (dirikanlah) shalat subuh sesungguhnya shalat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”. (Al-Isra’ :78).

Membacanya dengan penuh tadabbur tafakkur dan tadzakkur, merenunginya dengan khusyuk karena Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Al-Quran diturunkan dalam keadaan dukacita, maka apabila kamu membacanya hendaklah kamu merasakan keduka citaan tersebut.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Abu Nu’aim).

Demikian juga senantiasa mengingat peringatan Allah dalam firman-Nya:

“Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, niscaya engkau melihat gunung itu khusyuk serta pecah belah karena takut kepada Allah”. (Al-Hasyr:21).

Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah beriman dengan Al-Quran oleh orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Al-Quran” (Diriwayatkan oleh At-Tirmizi)

Nabi juga bersabda:

“Ibadah yang paling utama bagi umatku ialah membaca Al-Quran”. (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Fadha’ilul-Quran)

Di dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, oleh karena itu hendaklah kamu menyebutnya dengan kekuatan yang kamu mampu menyebutnya. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang dan penawar yang berguna. Penjaga kepada siapa yang berpegang kepadanya, jaminan kejayaan bagi yang mengikutinya. Ia tidak salah yang menyebabkan ia tercela, ia tidak bengkok yang menyebabkan ia perlu dibetulkan, keajaibannya tidak kunjung habis dan ia tidak menjadi cacat sekalipun banyak (kandungannya) ditolak orang. Bacalah Al-Quran karena Allah akan memberi ganjaran ke atas setiap huruf dari bacaanmu dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan kepadamu Alif, Lam, Mim itu satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Riwayat Al-Hakim)

Dalam satu wasiat kepada Abu Zar Rasulullah berkata:

“Kamu wajib melazimkan dirimu membaca Al-Quran karena ia adalah cahaya untuk kamu di bumi dan perbendaharaan untuk di langit.” (Riwayat Ibnu Hibban)

7- Senantiasa menjadikan doa sebagai perantara berhubungan dan permohonan kepada Allah di dalam setiap urusan hidup. Karena doa adalah inti bagi segala ibadah.

Untuk itu dirinya selalu memilih doa-doa yang ma’tsur dari Rasulullah saw. Sesungguhnya benar firman Allah bila Ia mengatakan:

“Mintalah doa kepadaku, niscaya aku akan memperkenankan permintaanmu”.

Adapun beberapa doa yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita untuk dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim adalah sebagai berikut:

1. Doa saat akan tidur

“Dengan nama-Mu wahai Tuhanku, aku baringkan pinggangku dan karena Engkau aku mengangkatnya; jika Engkau tahan jiwaku (Kau ambil jiwaku) ampunilah diriku, jika Engkau lepaskan ruhnya, maka peliharalah diriku sebagaimana Kau pelihara hamba-hamba-Mu yang shalih”. (Hadits riwayat Jama’ah).

2. Doa ketika bangun dari tidur.

“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah kami mati. Dan kepada-Nya kami kembali.” (Hadits riwayat Bukhari)

3. Doa ketika memakai pakaian dan menanggalkannya.

“Ya Allah aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang ada padanya. Aku berlindung pada-Mu dari kejelekan pakaian ini dan kejelekan apa yang ada padanya”. (Hadits Riwayat Ibnus Sunni)

4. Doa ketika keluar dari rumah dan memasukinya.

“Dengan nama Allah aku bertawakal kepada-Nya; tidak ada daya, tidak ada kekuatan kecuali karena Allah”. (Sunan At-Tirmizi)

5. Doa ketika berjalan ke Masjid.

“Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dalam pandanganku cahaya, pada pendengaranku cahaya, sebelah tangan kananku cahaya dan pada sebelah tangan kiriku cahaya, di atasku cahaya, di bawahku cahaya, di mukaku cahaya dan di belakangku cahaya dan jadikanlah bagiku cahaya.” (Bukhari)

6. Doa ketika memasuki masjid.

“Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu”.

7. Doa ketika keluar dari masjid.

“Ya Allah, aku memohon kepadamu kurniaan-Mu”. (Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud dan Nasa’i)

8. Doa ketika hendak makan.

Ya Allah, berkahilah kami pada apa-apa yang Kamu rezkikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka, dengan nama Allah”. (Hadits riwayat Ibnu Sunni)

9. Doa setelah selesai makan.

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan kepada kami, memberi minuman kepada kami dan menjadikan kami dari golongan Muslim”. (Hadits Riwayat Abu Daud, Tirmizi, Nasa’ie dan Ibnu Majah)

10. Doa ketika akan masuk kamar mandi.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari khubuth dan khaba’ith”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

11. Doa setelah keluar dari kamar mandi.

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku mengecap kelezatannya dan menjauhkan aku dari kesakitannya”. (Hadits riwayat Ibn Sunni dan Al-Tabarani)

12. Doa sebelum bersetubuh.

“Dengan nama-Mu, ya Allah jauhkanlah dari kami syaitan dan jauhkan syaitan daripada apa yang Kau karuniakan kepada kami”. (Hadits riwayat Bukhari).

Jika ditakdirkan bagi mereka akan memperoleh anak, syaitan tidak akan memudharatkannya selama-lamanya.

13. Doa ketika tidak dapat tidur.

“Ya Allah, sudah terbenam bintang-bintang sudah terkatup banyak mata sedangkan Engkau hidup dan jaga, tidak tidur. Wahai Yang Tegak, Yang Hidup dan Yang Jaga, tenteramkanlah mataku”. (Hadits riwayat Ibnus Sunni daripada Zaid Ibn Tsabit)

14. Wirid selepas shalat.

“Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah (membaca Subhanallah) sesudah setiap shalat 33 kali, membaca tahmid (Alhamdulillah) 33 kali dan membesarkan Allah (Allahuakbar) 33 kali. (Hadits riwayat Muslim daripada Abu Hurairah)

Dan digenapkan menjadi seratus dengan membaca:

“Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya segala kekuatan dan kepunyaan-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu”. (Hadits riwayat Muslim)

15. Doa ketika selesai majelis.

“Maha suci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu aku bersaksi tidak ada Tuhan kecuali Engkau, aku bermohon ampun kepadamu dan kau bertobat kepada-MU”.(Hadits riwayat Muslim daripada Ibn Umar)

16. Doa ketika menaiki kendaraan.

“Segala puji bagi Allah yang menggerakkan bagi kami kendaraan ini, padahal kami tidak sanggup melakukannya, dan sesungguhnya kami semuanya kembali kepada Tuhan kami”.(Hadits riwayat Muslim daripada Ibn Umar)

17. Doa ketika bermusafir.

“Ya Allah karena Engkau aku berusaha dan karena Engkau aku berjalan dan karena Engkau pula aku bepergian. Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dalam perjalanan ini kebajikan dan ketakwaan dan berupa amal yang Engkau ridhai. Ya Allah, ringankanlah bagi kami perjalanan kami ini dan dekatkanlah bagi kami yang jauhnya. Ya Allah, Engkaulah sahabat dalam perjalanan dan Wakil di tengah-tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kepayahan perjalanan, dari kesedihan penglihatan, dari kejelekan saat kembali pada harta, keluarga dan anak-anak”. (Hadits ini sambungan dari hadits sebelumnya)

18. Doa ketika hujan turun.

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat (dua kali atau tiga kali)”. (Hadits riwayat Ibnu Syaibah dari hadits Aisyah).

19. Doa ketika mendengar guruh.

“Ya Allah, jangan Engkau bunuh kami dengan murka-Mu dan jangan Engkau binasakan kami dengan siksa-Mu dan selamatkan kami sebelum itu”. (Hadits riwayat Tirmizi, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dari hadits ‘Abdullah bin ‘Umar)

20. Doa ketika melihat anak bulan.

“Allah Maha Besar, ya Allah, muncullah bulan ini bagi kami dengan penuh berkah dan iman, keselamatan dan keislaman, taufiq pada apa-apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai ya Tuhanku dan Tuhanmu,Allah”. (Hadits riwayat At-Tirmizi dan Ibnu Hibban dan At-Tirmizi berkata: Hadits ini Hasan)

21. Doa kepada pengantin.

“Semoga Allah memberkati engkau dan memberkati atas kau dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”. (Hadits riwayat Bukhari, Muslim dan empat ahli hadits dari Anas
dan Abu Hurairah).

22. Doa ketika melihat kanak-kanak.

“Aku bermohon perlindungan untukmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaitan dan racun, dan dari setiap mata yang membawa kejelekan”. (Hadits riwayat Bukhari dari hadits Ibnu ‘Abbas)

23. Doa ketika menziarahi orang sakit.

“Ya Allah, hilangkanlah penyakit ini, wahai yang memelihara manusia. Sembuhkan lah, sesungguhnya Engkaulah yang menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang diberikan oleh-Mu, kesembuhan yang tidak disertai rasa sakit”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

24. Doa ketika dukacita.

“Tidak ada Tuhan yang berhak menyembuhkan melainkan Engkau, sesungguhnya aku termasuk di kalangan orang-orang yang zhalim”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Usamah Ibn Zaid)

25. Doa takziah kematian.

“Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang Ia ambil dan kepunyaan-Nya, apa yang Ia berikan dan segala sesuatu pada sisi-Nya sampai waktu yang ditentukan. Hendaklah kamu bersabar dan mengharapkan ganjaran”. (Hadits riwayat Bukhari dari hadits Usamah).

26. Doa dalam shalat jenazah.

“Ya Allah, maafkanlah dia dan berilah rahmat ke atasnya, selamatkanlah dia dan ampunilah dia, muliakanlah tempatnya, luaskan tempat masuknya dan bersihkanlah dia dengan air salju dan air dingin. Sucikanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan pakaian
yang putih dari kotoran, gantikanlah baginya rumah yang lebih baik daripada rumahnya, keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangan yang dimilikinya. Masukkanlah dia ke surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka”.
(Hadits riwayat Muslim daripada ‘Aus Ibn Malik)

8. Meyakini bahwa ibadah kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan beban yang telah diwajibkan Allah, dan Allah SWT sama sekali tidak membutuhkan ibadah hamba-hamba-Nya, sehingga akan selalu memeliharanya dan menjaganya bagaimanapun dan kapanpun serta dimanapun keberadaannya

9. Meyakini bahwa ibadah yang dilakukan tidak menjamin diri masuk surga kecuali karena rahmat Allah SWT, namun dengan ibadah kepada Allah dirinya berharap semoga Allah memberikan rahmat dan ridha serta menjadi sarana untuk mendapatkan pahala dan ketaqwaan yang menjadi langkah menggapai ridha Allah.

10. Meyakini bahwa ibadah sebagai jalan terbukanya rizki dan berbagai kebaikan.

sumber:http://www.al-ikhwan.net/komitmen-seorang-muslim-pada-sisi-ibadah-2914/



0 ulasan: